Jika melihat hasil pertanian yang saat ini bisa kita nikmati, kita pasti berpikir bahwa penemu konsep pertanian sangatlah jenius. Namun tahukah Anda? Semut pemotong daun, atau kadang disebut juga sebagai “semut petani”-lah yang jauh lebih dulu mengenal konsep pertanian sebelum manusia.
Semut yang tinggal di hutan hujan tropis di Amerika Selatan tersebut mengandalkan pertanian jamur untuk mendukung kelangsungan hidup komunitasnya. Mereka memang tidak memiliki keterampilan seperti manusia yang bisa membudidayakan aneka jenis tanaman. Namun, spesialisasi mereka dalam bertani jamur, mungkin lebih mencengangkan dibandingkan dengan kita.
Bahkan, kepandaian semut pemotong daun mengolah jamur hingga menjadi sumber makanan telah berlangsung sejak puluhan juta tahun setelah kepunahan dinosaurus. Bandingkan dengan manusia yang baru mengenal konsep pertanian 10.000 tahun yang lalu.
Di antara bangsa binatang, sangat sedikit yang mengenal konsep produksi makanan untuk seluruh koloni. Hanya rayap dan semut pemotong daun yang mampu mencapai pertanian berskala industri seperti halnya manusia.
Sebenarnya tak jauh beda dengan kita, awalnya semua jenis semut juga hidup dari berburu dan mengumpulkan makanan. Namun dalam proses evolusi, ada semut yang kemudian beralih menjadi pengumpul daun-daunan.
Daun-daunan itu bukan untuk dimakan, melainkan dijadikan sarana untuk menumbuhkan jamur di sarang mereka di bawah tanah. Jamur inilah yang kemudian menjadi makanan seluruh koloni. Jadi, pertanian yang mereka lakukan berbasis pada proses dekomposisi, bukan fotosintesis.
Para ilmuwan antusias untuk menyelidiki kapan dan bagaimana semut mulai bertani jamur dalam skala besar. Dalam sebuah penelitian yang diikuti sejumlah ilmuwan dari berbagai negara, mereka menganalisis, lalu membandingkan genom tujuh spesies semut dan jamur yang mereka budidayakan.
Analisis mereka menunjukkan bahwa semut mulai beralih ke pertanian lebih awal dari yang diperkirakan ilmuwan sebelumnya, yakni sekitar 55 sampai 60 juta tahun yang lalu. Selama masa itu, semut dan jamur menjadi saling bergantung satu sama lain. Petani berkaki enam ini menyebarkan jamur, memberi nutrisi dan perlindungan dari hewan lain. Sebagai gantinya, jamur tumbuh untuk menyediakan makanan bagi koloni semut.
Dalam metode pertanian yang dikenal manusia, sangatlah tidak umum bergantung pada budidaya satu jenis tanaman tertentu atau monokultur. Selain riskan, hal itu juga tidak sesuai dengan anatomi tubuh manusia yang membutuhkan asupan banyak varian nutrisi yang tidak mungkin diperoleh hanya dari satu jenis tanaman.
Namun bagi semut pemotong daun, ketergantungan yang tinggi pada satu jenis jamur justru menjadi sesuatu yang mutlak dilakukan agar dapat menuju sebuah pertanian berskala besar.
Setelah sekitar 30 juta tahun, jenis jamur yang dibudidayakan semut mengalami perubahan gradual. Ia tidak dapat disilangkan dengan kerabatnya yang tumbuh di alam liar. Juga tumbuh organ khusus untuk memberi makan semut. Namun, akibatnya jamur ini kehilangan kemampuan untuk mencerna kayu atau kulit kayu. Mereka harus bergantung pada bahan makanan dedaunan yang disuplai oleh semut.
Sementara di sisi lain, hal ini memungkinkan koloni semut pemotong daun untuk memelihara kebun jamur yang lebih besar dan lebih baik sebagai sumber makanan. Tentunya ini berpengaruh terhadap jumlah koloni yang membengkak dan terciptanya lebih banyak semut pekerja.
sumbar : pertanianku.com
Media
- 2018-08-12 17:02:00
- Oleh: badungkab
- Dibaca: 1425 Pengunjung