Jembrana – Cuaca yang tak menentu belakangan ini membuat para petani cabai di Jembrana gigit jari. Para petani yang memanfaatkan lahan persawahan pascapanen padi ini mengaku pesimis hasil tanaman mereka. Para petani tak menyangka hujan yang mengguyur hampir setiap hari sehingga mengakibatkan lahan tergenangi air.
“Pagi sampai siang sangat panas, sore langsung hujan. Ini membuat banyak tanaman cabai sulit panen,” ujar Jero Wati, salah seorang petani Cabai di Subak Babakan Yeh Kuning, Kelurahan Sangkaragung, Kecamatan Jembrana.
Belakangan hujan semakin sering turun sehingga mengakibatkan lahan tanam cabai basah dan seringkali terendam. Sejak itulah tanaman cabai yang sebenarnya sudah akan panen ini banyak yang layu dan membusuk. Jero Wati memastikan hasil tanamannya ini akan merugi dengan kondisi seperti itu. Petani cabai asal Mendoyo ini menanam cabai seluas 25 are. Dengan modal awal sekitar Rp 15 juta, jumlah pohon yang ditanam per arenya sekitar 500 pohon. “Sebenarnya sekarang sudah berbuah, tapi karena pohon buahnya layu. Tidak dapat dipanen,” terangnya.
Dari pengamatan Selasa (12/12), hampir sebagian besar tanaman cabai yang ditanam di Subak ini terlihat mengering. Kendatipun ada yang sudah berbuah, tetapi hasilnya kurang maksimal. Lantaran tidak mungkin diselamatkan, petani nampaknya membiarkan begitu saja tanaman mereka.
Sumber : Surya Dharma / Balipost
Media
2018-01-18 13:50:00
Oleh: badungkab
Dibaca: 1177 Pengunjung
<h6 style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 16px;">Jembrana – Cuaca yang tak menentu belakangan ini membuat para petani cabai di Jembrana gigit jari. Para petani yang memanfaatkan lahan persawahan pascapanen padi ini mengaku pesimis hasil tanaman mereka. Para petani tak menyangka hujan yang mengguyur hampir setiap hari sehingga mengakibatkan lahan tergenangi air.</span></h6>
<p style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 16px;">“Pagi sampai siang sangat panas, sore langsung hujan. Ini membuat banyak tanaman cabai sulit panen,” ujar Jero Wati, salah seorang petani Cabai di Subak Babakan Yeh Kuning, Kelurahan Sangkaragung, Kecamatan Jembrana.</span></p>
<p style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 16px;">Belakangan hujan semakin sering turun sehingga mengakibatkan lahan tanam cabai basah dan seringkali terendam. Sejak itulah tanaman cabai yang sebenarnya sudah akan panen ini banyak yang layu dan membusuk. Jero Wati memastikan hasil tanamannya ini akan merugi dengan kondisi seperti itu. Petani cabai asal Mendoyo ini menanam cabai seluas 25 are. Dengan modal awal sekitar Rp 15 juta, jumlah pohon yang ditanam per arenya sekitar 500 pohon. “Sebenarnya sekarang sudah berbuah, tapi karena pohon buahnya layu. Tidak dapat dipanen,” terangnya.</span></p>
<p style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 16px;">Dari pengamatan Selasa (12/12), hampir sebagian besar tanaman cabai yang ditanam di Subak ini terlihat mengering. Kendatipun ada yang sudah berbuah, tetapi hasilnya kurang maksimal. Lantaran tidak mungkin diselamatkan, petani nampaknya membiarkan begitu saja tanaman mereka. </span></p>
<p style="text-align: justify;">
</p>
<p style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12px;"><em>Sumber : Surya Dharma / Balipost</em></span></p>