SEMARAPURA – Banjir lumpur yang terjadi pasca erupsi Gunung Agung mengancam sektor pertanian. Masyarakat disektor pertanian di harapkan untuk melakukan penutupan saluran irigasi. Alasannya, ribuan hektar lahan persawahan akan terancam.
Sesaat setelah fenomena alam itu berlangsung, saluran irigasi yang digunakan untuk mengalirkan air ke 1.170 hektar sawah yang tersebar di Kecamatan Klungkung dan Dawan juga ditutup Balai Wilayah Sungai (BWS) Balii-Penida. “Banjir ini berdampak buruk pada lahan pertanian. Makanya saluran irigasi ditutup,” ungkap Kepala Dinas Pertanian Klungkung, Ida Bagus Gede Juanida, Senin (27/11).
Sawah tersebut, lanjutnya sudah sebagian besar telah panen padi. Jika kondisi ini berlangsung lama, pada musim selanjutnya petani disarankan untuk menanam palawija lain, seperti jagung dan kedelai.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Klungkung, Putu Widada mengatakan sesuai kisah tahun 1963, aliran lahar dingin juga berpotensi melanda 13 desa yang terlintasi Tukad Unda, yakni Desa Selat, Tegak, Akah, Kelurahan Semarapura Kangin, Kelurahan Semarapura Klod Kangin, Desa Kamasan, Gelgel, Sulang.
Selain itu, juga Desa Sampalan Kelod, Gunaksa, Tangkas, Jumpai dan Gunaksa. Penduduk seluruhnya mencapai sekitar 52.000 jiwa. Pejabat asal Penebel, Tabanan ini menyatakan belum melakukan evakuasi terhadap warga tersebut, terutama yang bermukim dengan dengan sungai. “Sampai sekarang belum ada evakuasi. Aliran air juga masih kecil,” tandasnya.
Sumber : balipost
Media
2017-11-27 10:50:00
Oleh: badungkab
Dibaca: 1018 Pengunjung
<h6 style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 16px;">SEMARAPURA – Banjir lumpur yang terjadi pasca erupsi Gunung Agung mengancam sektor pertanian. Masyarakat disektor pertanian di harapkan untuk melakukan penutupan saluran irigasi. Alasannya, ribuan hektar lahan persawahan akan terancam.</span></h6>
<p style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 16px;">Sesaat setelah fenomena alam itu berlangsung, saluran irigasi yang digunakan untuk mengalirkan air ke 1.170 hektar sawah yang tersebar di Kecamatan Klungkung dan Dawan juga ditutup Balai Wilayah Sungai (BWS) Balii-Penida. “Banjir ini berdampak buruk pada lahan pertanian. Makanya saluran irigasi ditutup,” ungkap Kepala Dinas Pertanian Klungkung, Ida Bagus Gede Juanida, Senin (27/11).</span></p>
<p style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 16px;">Sawah tersebut, lanjutnya sudah sebagian besar telah panen padi. Jika kondisi ini berlangsung lama, pada musim selanjutnya petani disarankan untuk menanam palawija lain, seperti jagung dan kedelai.</span></p>
<p style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 16px;">Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Klungkung, Putu Widada mengatakan sesuai kisah tahun 1963, aliran lahar dingin juga berpotensi melanda 13 desa yang terlintasi Tukad Unda, yakni Desa Selat, Tegak, Akah, Kelurahan Semarapura Kangin, Kelurahan Semarapura Klod Kangin, Desa Kamasan, Gelgel, Sulang.</span></p>
<p style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 16px;">Selain itu, juga Desa Sampalan Kelod, Gunaksa, Tangkas, Jumpai dan Gunaksa. Penduduk seluruhnya mencapai sekitar 52.000 jiwa. Pejabat asal Penebel, Tabanan ini menyatakan belum melakukan evakuasi terhadap warga tersebut, terutama yang bermukim dengan dengan sungai. “Sampai sekarang belum ada evakuasi. Aliran air juga masih kecil,” tandasnya.</span></p>
<p style="text-align: justify;">
<em><span style="font-size: 9px;">Sumber : balipost</span></em></p>