Potensi lahan sawah tadah hujan hampir tersebar di seluruh Nusantara, pulau seperti di Jawa, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Bali dan Nusa Tenggara. Lahan sawah tadah hujan merupakan penghasil pangan terbesar kedua setelah lahan sawah irigasi.
Sesuai namanya, lahan sawah tadah hujan umumnya memiliki keterbatasan ketersediaan air dan mengandalkan air hujan sebagai sumber air. Lahan sawah tadah hujan sangat berisiko terkena kekeringan. Karena kondisi tersebut, tidak heran pemanfaatan lahan tadah hujan umumnya ditanami satu sampai dua kali dalam setahun.
Selain itu, lahan tadah hujan umumnya kesuburannya rendah. Dengan kondisi demikian, produktivitas usahatani tanaman pangan di lahan sawah tadah hujan umumnya masih rendah. Produktivitas padi pada lahan sawah tadah hujan berkisar 1,8-3,5 ton per hektar. Permasalahan lain yang dihadapi pada usahatani padi pada lahan sawah tadah hujan adalah gulma, serangan hama penyakit, serta kepemilikan lahan yang sempit.
Menghadapi permasalahan diatas, berikut kiat untuk mengoptimalkan lahan sawah tadah hujan dari Balai Penelitian Lingkungan Pertanian.
Gunakan Prediksi Iklim
Sawah tadah hujan selalu berhubungan dengan fluktuasi unsur-unsur cuaca khususnya pada saat pergantian musim, baik antara musim hujan ke kemarau atau sebaliknya. Awal musim hujan sangat menentukan penentuan saat tanam sedangkan awal musim kemarau menentukan tingkat keberhasilan panen, karena akhir musim pertanaman sangat ditentukan oleh ketersediaan air menjelang kemarau. Kondisi saat ini ditengarai sulit memprediksi awal musim penghujan dan juga intensitas dan jumlah hari hujan.
Untuk membantu mengetahui prediksi iklim dalam penentuan waktu tanam dapat dilakukan dengan mengakses Sistem Informasi Kalender Tanam Terpadu (KATAM TERPADU). Selain memberikan anjuran waktu tanam yang tepat sesuai prediksi iklim, pada SI KATAM TERPADU juga diperoleh informasi anjuran penggunaan inovasi yang tepat sesuai dengan kondisi iklim.
Tingkatkan Kesuburan Tanah
Sawah tadah hujan umumnya memiliki kesuburan rendah sehingga petani biasanya memberikan pupuk melebihi takaran. Sumber air berasal dari air hujan yang terbatas dan kandungan unsur hara rendah yang menyebabkan kesuburan rendah. Selain itu bahan organik yang relatif rendah sehingga sulit dipertahankan dalam jangka waktu panjang sehingga hasil produktivitasnya juga rendah.
Peningkatan kesuburan tanah dapat dilakukan dengan memberikan pupuk secara berimbang. Selain itu waktu pemberian pupuk yang sesuai dengan fase pertumbuhan tanaman harus dilakukan. Secara umum, jumlah pupuk yang direkomendasikan untuk digunakan dalam penanaman padi di lahan tadah hujan adalah sebanyak 200 kg urea/ha, 100 kg SP36/ha dan 100 kg Kcl/ha serta 3-5 ton/ha/tahun pupuk organik atau pupuk kandang. Jumlah pupuk diawal pertanaman dapat diganti dengan NPK 150kg/ha, Pupuk SP36 37,5kg/ha dan KCL 62,5 kg/ha. Jumlah pupuk pada setiap lokasi akan berbeda, keakuratan rekomendasi jumlah pupuk dapat diperoleh dengan menggunakan Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS). Peningkatan kesuburan tanah pada lahan tadah hujan juga dapat dilakukan dengan memberikan bahan organik, sperti pengembalian jerami ke lahan serta pemberian pupuk kandang.
Peningkatan Indeks Pertanaman
Indeks pertanaman (IP) adalah rata-rata masa tanam dan panen dalam satu tahun pada lahan yang sama. Strategi peningkatan indeks pertanaman dapat dilakukan dengan mengatur pola tanam, serta memilih komoditas dan varietas yang sesuai. Pada lahan tadah hujan, beberapa pola tanam yang direkomendasikan diantaranya: (1) gogo rancah – padi sawah – palawija/sayuran; (2) padi sawah – palawija/sayuran – bera; dan (3) gogo rancah – palawija/sayuran – bera.
Varietas unggul telah terbukti berkontribusi pada peningkatan produktivitas usahatani tanaman pangan. Saat ini sudah cukup tersedia berbagai varietas unggul baru tanaman pangan khsusnya padi yang memiliki kemampuan adaptasi yang baik dan potensi hasil tinggi pada lahan tadah hujan dan lahan kering.
Salah satu sifat yang harus dimiliki varietas padi untuk lahan sawah tadah hujan adalah ketahanan terhadap penyakit blas. Saat ini Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) telah melepas varietas padi sawah tadah hujan yang memiliki keunggulan tahan terhadap penyakit blas. Varietas tersebut diantaranya: Inpari 38 Tadah Hujan, Inpari 39 Tadah Hujan, dan Inpari 41 Tadah Hujan.
Sumber : Balai Penelitian Lingkungan Pertanian. 2013
Media
- 2018-10-26 10:10:00
- Oleh: badungkab
- Dibaca: 7584 Pengunjung