Kebutuhan beras dalam negeri setiap tahun akan terus meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk, namun laju peningkatan produksi yang tidak seimbang dengan laju peningkatan pertambahan penduduk, menyebabkan pemerintah selalu berusaha keras untuk meningkatkan produksi beras dan bersama para ahli membuat terobosan-terobosan terhadap upaya peningkatan produksi padi untuk mengatasi ancaman kelangkaan pangan.
Produksi padi Indonesia Tahun 2016 sebesar 79.200.000 ton mengalami peningkatan sebesar 5,04 % dari tahun sebelumnya. Produksi padi tersebut setara dengan sekitar 43,56 juta ton beras, dengan jumlah penduduk Indonesia sebanyak 257,912.349 jiwa dan tingkat konsumsi beras nasional sekitar 150 kg/kapita/tahun sebenarnya Indonesia surplus beras sekitar 4,87 juta ton beras. Namun pada kenyataannya Indonesia masih mengimpor beras sebesar 0,86 juta ton pada tahun 2015 dan 1,20 juta ton terhitung dari bulan Januari 2016 hingga November 2016.
Produksi padi tersebut didominasi oleh para petani kecil berlahan sempit dan menyebar di Indonesia. Para petani kecil tersebut mengkontribusikan sekitar 90% dari produksi total beras di Indonesia. Oleh karena itu salah satu solusi untuk dapat meningkatkan produksi padi adalah dengan menerapkan varietas unggul baru yang harus selalu tersedia dan sesuai kebutuhan petani pengguna.
Sehubungan hal tersebut telah dilakukan suatu kegiatan penyebaran varietas Sidenuk hasil penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi nuklir BATAN bekerjasama dengan Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Bali dan Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Badung. Kegiatan penyebaran ini diharapkan dapat memberikan informasi seberapa besar hasil yang dicapai, tingkat keuntungan finansial dan tingkat kepuasan pelaku utama dalam berbudidaya padi varietas unggul baru Sidenuk. Diharapkan hasil kegiatan penyebaran ini juga dapat digunakan sebagai upaya peningkatan metoda penyuluhan di lapangan dalam rangka untuk meningkatkan mutu intensifikasi sehingga dapat mendukung program swasembada beras yang berkelanjutan.
Kegiatan penyebaran varietas padi Sidenuk ini dilaksanakan di 2 (dua) kecamatan yaitu Kecamatan Mengwi di Subak Aya, Desa Tumbakbayuh dan Subak Cemagi Let, Desa Cemagi; dan Kecamatan Abiansemal di Subak Pacung, Desa Selat dan Subak Umabun Desa Angantaka. Pemilihan lokasi penyebaran dilakukan secara purposive sampling. Kegiatan penyebaran varietas padi Sidenuk ini dilakukan pada bulan Juli 2017 sampai dengan bulan Oktober 2017.
Pemilihan petani pelaksana ditentukan secara purposif (purposive sampling) dengan pertimbangan bahwa petani sehamparan, bersedia melaksanakan tanam padi dengan menggunakan varietas unggul baru Sidenuk, bersedia mengikuti anjuran penyuluh pertanian lapangan dan telah biasa melakukan usahatani padi. Masing-masing subak melakukan kegiatan penyebaran seluas 10 hektar.
Tingkat keuntungan sistem komoditas dihitung berdasarkan analisis usahatani dan kelayakan menggunakan rumus R/C (Revenue Cost Ratio) atau B/C (Benefit Cost Ratio), tingkat ROI (Return of Investment) serta Break Event Point (BEP). Sedangkan preferensi tingkat kepuasan pelaku utama diukur berdasarkan pendekatan Skala Likert.
Dari hasil kegiatan penyebaran varietas Sidenuk di Kabupaten Badung diperoleh hasil gabah kering panen sebesar 9,006 t/ha, sedangkan pada budidaya padi sawah yang dilakukan petani menggunakan varietas Ciherang diperoleh hasil sebesar 7,622 t/ha, dengan demikian terdapat perbedaan hasil gabah sebesar 1,384 t/ha, atau terjadi peningkatan produktivitas gabah kering panen sebesar 18,16 %.
Analisis usahatani menunjukkan bahwa varietas Sidenuk juga memberikan perbedaan keuntungan finansial yang lebih tinggi, yaitu sebesar Rp 3.861.937,26 per hektar atau terjadi peningkatan keuntungan sebesar 26,62 % dibandingkan dengan varietas Ciherang. Kedua sistim usahatani padi ini memberikan nilai R/C sebesar 1,70 untuk usahatani padi sawah varietas Sidenuk dan 1,62 untuk usahatani padi sawah varietas Ciherang. Tingkat ROI atau pengembalian modal usahatani varietas Sidenuk adalah sekitar 70,09 %, dan Break Event Point (BEP) harga gabah kering panen sebesar Rp 2.910,12 per kilogram, sebuah analisa yang sangat layak untuk dikembangkan menjadi usaha yang nyata, karena rata-rata harga gabah kering panen saat itu sekitar Rp 4,950,- per kilogram masih di atas harga Break Event Point (BEP). Analisis kelayakan usahatani di atas menunjukkan bahwa usahatani padi varietas Sidenuk lebih efisien dibandingkan varietas Ciherang.
Hasil wawancara responden petani terhadap atribut produktivitas, ketahanan hama dan penyakit, umur tanaman, kerebahan tanaman, rasa nasi, ketersediaan benih, harga benih, harga jual gabah dan pemasaran hasil panen secara keseluruhan mengatakan cukup puas dengan skor 62,89 %. Bahkan produktivitas rata-rata varietas Sidenuk yang dicapai pada masa tanam Juli 2017 sampai dengan bulan Oktober 2017 dikategorikan tinggi dengan nilai skor 84,00 %. Peningkatan produktivitas di atas dirasa sangat menguntungkan petani mengingat varietas Sidenuk mudah dalam pemasaran hasilnya dengan skor 78,00 %, bahkan dapat dijual dengan harga gabah sekitar Rp 4.950,- per kilogram termasuk kategori cukup (68,00 %). Dari hasil ungkapan petani maka hasil gabah tersebut tidak seluruhnya dijual ke penggilingan padi, namun sebagian dikonsumsi untuk diketahui rasa nasinya. Hasil wawancara terhadap responden petani juga mengatakan bahwa rasa nasi dikategorikan enak dengan pencapaian skor 84,00 %. Sedangkan terhadap umur tanaman dikategorikan pendek dengan skor 70,00 %.
Permasalahan yang timbul selama pelaksanaan kegiatan penyebaran Sidenuk adalah adanya serangan sundep, beluk, hama burung dan pertanaman cukup banyak terserang penyakit tungro. Permasalahan-permasalahan yang timbul dari pelaksanaan kegiatan penyebaran dapat diatasi dengan cukup baik oleh petani. Oleh karenanya petani beranggapan bahwa ketahanan hama dan penyakit dikategorikan sebagai rentan dengan skor 52,00 %. Namun pada saat menjelang panen hembusan angin serta hujan ringan di bulan Oktober menyebabkan pertanaman sebagian besar rebah. Kerebahan tanaman tentunya dapat mengurangi kuantitas dan kualitas gabah yang dihasilkan sehingga petani beranggapan bahwa varietas Sidenuk sangat rentan terhadap kerebahan dengan skor 36,00 %.
Sedangkan terhadap atribut ketersediaan benih responden petani berpendapat bahwa ketersediaan benih sulit dengan skor 52,00 % demikian pula terhadap atribut harga benih responden petani berpendapat bahwa harga beli benih dikategorikan mahal dengan skor 42,00 %.
Adanya peningkatan produktivitas gabah kering panen varietas Sidenuk sebesar 18,16 % atau terjadi peningkatan keuntungan sebesar 26,62 % dibandingkan dengan varietas Ciherang, maka pilihan pergiliran varietas dengan varietas Sidenuk seyogyanya dapat dianjurkan pada musim tanam yang tepat yaitu pada musim kemarau dalam upaya peningkatan hasil dan pendapatan petani.
Ditulis oleh : Jarek Putradi (Penyuluh Pertanian Madya pada Dinas Pertanian Dan Pangan Kabupaten Badung).
Media
- 2018-09-01 09:30:00
- Oleh: badungkab
- Dibaca: 1279 Pengunjung