Jumlah ternak yang cukup banyak akan menghasilkan limbah/kotoran baik padat maupun cair yang cukup banyak. Kalau limbah ini tidak ditangani dengan baik akan sangat mengganggu lingkungan terutama polusi bau. Selama ini urine kambing hanya diketahui merupakan limbah yang tidak ada manfaatnya dan tidak diketahui kalau diberikan sentuhan teknologi akan dapat digunakan sebagai pupuk cair yag dapat menyuburkan tanaman dan meningkatkan kesuburan tanah dan ekosistemnya. Adapun cara pembuatan biourine adalah sebagai berikut :
Tampung urine (kencing) ternak kambing di bak penampungan.
Masukkan fermenter (RB dan Azotobacter). Untuk 1000 liter urine difermentasi dengan RB : 1 liter dan Azotobacter : 1 liter. Atau dengan asumsi per liter urine membutuhkan 1 cc RB dan 1 cc Azba (Azotobacter)
Diaduk dengan aerator atau tangan (3-4 jam).
Selanjutnya proses fermentasi berlangsung dengan menutup permukaan bak dengan penutup (triplek, plastik) dan diamkan hingga 7 hari.
Pada hari ke-8, urine diputar dengan pompa, sehingga naik-turun di tangga (dapat dibuat dengan beton, bambu, paralon, atau yang lainnya) “penipisan” selama 6-7 jam.
Setelah penipisan, Urine bisa diambil dan dikemas (dalam wadah) untuk selanjutnya digunakan atau disimpan. Hasil pengolhan ini selanjutnya dapat digunakan untuk pemupukan tanaman secara bertahap dan disesuaikan dengan kebutuhan.
Sumber : BPTP Bali
Media
2018-08-05 14:23:00
Oleh: badungkab
Dibaca: 2828 Pengunjung
<p style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 14px;">Jumlah ternak yang cukup banyak akan menghasilkan limbah/kotoran baik padat maupun cair yang cukup banyak. Kalau limbah ini tidak ditangani dengan baik akan sangat mengganggu lingkungan terutama polusi bau. Selama ini urine kambing hanya diketahui merupakan limbah yang tidak ada manfaatnya dan tidak diketahui kalau diberikan sentuhan teknologi akan dapat digunakan sebagai pupuk cair yag dapat menyuburkan tanaman dan meningkatkan kesuburan tanah dan ekosistemnya. Adapun cara pembuatan biourine adalah sebagai berikut :</span></p>
<ul>
<li style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 14px;">Tampung urine (kencing) ternak kambing di bak penampungan.</span></li>
<li style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 14px;">Masukkan fermenter (RB dan Azotobacter). Untuk 1000 liter urine difermentasi dengan RB : 1 liter dan Azotobacter : 1 liter. Atau dengan asumsi per liter urine membutuhkan 1 cc RB dan 1 cc Azba (Azotobacter)</span></li>
<li style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 14px;">Diaduk dengan aerator atau tangan (3-4 jam).</span></li>
<li style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 14px;">Selanjutnya proses fermentasi berlangsung dengan menutup permukaan bak dengan penutup (triplek, plastik) dan diamkan hingga 7 hari.</span></li>
<li style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 14px;">Pada hari ke-8, urine diputar dengan pompa, sehingga naik-turun di tangga (dapat dibuat dengan beton, bambu, paralon, atau yang lainnya) “penipisan” selama 6-7 jam.</span></li>
<li style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 14px;">Setelah penipisan, Urine bisa diambil dan dikemas (dalam wadah) untuk selanjutnya digunakan atau disimpan. Hasil pengolhan ini selanjutnya dapat digunakan untuk pemupukan tanaman secara bertahap dan disesuaikan dengan kebutuhan.</span></li>
</ul>
<p>
</p>
<p>
</p>
<p>
<em><span style="font-size: 10px;">Sumber : BPTP Bali</span></em></p>